Wednesday, October 22, 2014

Jalanku Kini Berbeda


Sudah beberapa lagu di-playlist ini menemani rasa kantuk siang ini. Biasanya aku sudah repot dengan urusan operasional siang ini, tapi kali ini aku memilih duduk santai, menikmati lirik demi lirik lamunanku akan perjalanan hidupku beberapa tahun ini.

Suara dering telepon tak mengalihkan ku. Aku mengingat ternyata sudah hampir 2 tahun hidupku berbeda, keseharian yang dulu lebih sering ku habiskan dengan keluarga, kini tak lagi aku lakukan. Sungguh bukan alasanku untuk menjauh atau tak ingin lagi berbagi, tapi tinggal tak satu atap membuat jarak yang cukup untuk dapat merasakan kehangatan keluarga setiap hari.

Bila pagi biasanya sudah tersedia sebungkus nasi lengkap dengan lauk pauknya yang siap aku bawa untuk sarapan pagi dengan teh manis hangat yang tersaji disebelahnya dan siap ku teguk saat aku masih mencoba membuka penuh mataku, kini semua itu tidak lagi. 

Bila sore biasanya kembali segelas teh hangat yang menghilangkan dahaga setelah berjibaku dengan kemacetan ditemani dengan gorengan hangat atau kue-kue kering simpanan ibu, kini semua itu tidak lagi.

Bila pagi biasanya ku dengar alarm hidup lewat teriakan orang tuaku atau gedoran pintu kamar yang membangunkan ku dari mimpi atau bahkan dering miscall dari ibu yang berkata "Sudah jam 06:00, lekas bangun..". Kini semua itu tidak lagi.

Bila sore biasanya kami sudah berdebat menceritakan kehebohan siang itu atau cerita dari kantor kakak-ku, atau melihat tingkah lucu dan nakal dari ponakan-ponakan ku yang kembali diceritakan ibuku saat kami menyantap hidangan yang dimasakan ibu dan ayahku. Kini semua itu tidak lagi.

Bila dulu sering muncul ide untuk hangout bareng keluarga yang bisa muncul dadakan, tanpa rencana, untuk pergi keluar, jalan-jalan malam, tamasya saat akhir pekan, jalan pagi dan belanja di minggu ria. Kini semua itu tidak lagi.

Kini untuk sekedar punya sarapan aku harus bagun lebih pagi, untuk sekedar bisa menghangatkan diri dari bangun tidurku, aku menyiapkan teh hangat ku sendiri. Sarapan apa yang akan aku bawa ? tergantung mood ku pagi itu.

Kini bila kakak ku ingin mengajakku pergi, BBM atau whatsap dari jauh-jauh hari sudah ia kirim seraya agar aku bisa mengatur jadwalku, agar aku bisa reserved waktu ku untuknya. Sungguh segitu sibukkah aku ? Sungguh segitu sulitnya kah buat kakakku untuk mendapat perhatian lebih dariku ?

Kini bila aku ingin memanjakan ibu, mengajak ibu berlibur ke puncak, mengajak ibu pergi belanja tas atau baju, atau sekedar mengajak ibu makan siang diluar, aku harus cuti... Sesibuk apakah aku saat sabtu minggu ?

Kini bila adikku ingin meminta bantuanku, untuk sekedar install ulang laptop, sharing rutinitas kampus, atau masalah Tugas Akhir, aku memaksanya untuk mendatangiku ke kantorku yang jauh itu.

Kini aku tak lagi pernah datang pengajian rutin saat minggu sore, aku tak pernah lagi dapat siraman rohani oleh guruku yang biasa mengajarkan ilmu dikeluarga kami. 

Sudah sejauh itukah jarak yang aku buat ke mereka ? Kadang ada benarnya ketika beberapa sahabat aku berkata. "Catur ini berubah", "Catur kamu kenapa sih sama bimo? ada masalahkah ?", ah damn ternyata mereka sahabat aku saja merasakan perubahan aku ini. Ternyata aku tersadar jarak sudah aku buat pada mereka sahabat-sahabatku, teman-teman SMA ku, sahabat kuliah ku, sahabat kantor ku.

Pagi ini aku mendapatkan invitation Path dari seorang sahabatku waktu SMA, monalisa, bersamanya kerap kami masih bisa kumpul bareng saat pulang kerja, bersama indie, itine, aji, dimas... tapi kini aku merasa aku menjauh...

Mohon maaf bangat ya bu, pak, mbak susy, mbak wiwit, mas doni, mohon maaf bangat ya sahabatku.. mohon maaf bangat ya aku gak datang ke lahiran anak kamu ci... mohon maaf bangat ya mona, aji, itine aku gak datang ke pernikahan kalian... mohon maaf bangat ya bimo kita gak pernah hangout bareng lagi...

Aku kangen bersama kalian aku kangen dulu aku pandai membagi waktu buat bahagia sama kalian. Kini waktu tersita untuk urusan ku sendiri, untuk kesenanganku sendiri, untuk kesenangan yang mungkin aku sendiri tak sadar apakah ini yang disebut kesenangan, apakah ini yang disebut kebahagiaan.

Aku sadar saat ini jalan yang aku ambil tak 100% benar. aku sadar dan telah melihat bahwa ada dilematis, ada drama, ada suka dan ada duka. Ada rasa tidak adil ada rasa bahagia, ada rasa ingin lebih berlama. Sungguh ini bukan sia-sia tapi cukup memberikan pelajaran yang sangat baik dalam hidup ku untuk lebih menghargai perhatianku pada mereka yang lebih membutuhkanku dan lebih memahamiku.

Sungguh aku kecewa.

No comments:

Post a Comment