Friday, May 18, 2012

Kisah si baju Manado dan teman lainnya

Kisah ini bukan cerita fiktif yang melibatkan karakter ciptaan dari negeri khayalan, melainkan sebuah kisah tragis dan miris "si baju manado dan teman lainnya".

Kisah itu dimulai beberapa bulan yang lalu, si baju sebut saja manado, perawakan sedang, junkies, berwarna kulit biru bertampangkan sangar dengan dada bergambarkan ikan hiu. Lalu si celana pendek, sebut saja kolor, perawakan seksi, casual namun agak sedikit ketat dan juga berwarna biru.

Sungguh tragis kisah mereka, bukan salah si tuan,sang bapak , yang hendak "menjual" mereka melainkan takdir yang membawa si manado dan kolor untuk disambangi oleh si raksasa. Raksasa tokoh kejam, semena-mena, penindas kaum lemah, cerdik- tidak cerdas namun licik. Kalau dibayangkan oleh anak kecil, maka tokoh ini layaknya siluman jahat yang suka melahap mangsanya.



Apa daya, sikap superior merasuki tubuh raksasa, penindas itu tidak punya pilihan, si tuan pun tidak punya pilihan, terpilihlah si manado dan si kolor untuk jadi budak yang senantiasa melayani si raksasa setiap akhir pekan. Jeritan hati si manado dan si kolor, "ampun... ampun raksasa.... ampun ommm... perih ommm...."

Si tuan bingung siapa yang harus dikorbankan kembali menjadi budak jika si raksasa itu sudah tidak puas atau merasa bosan, sungguh pernah protes itu terlontarkan ke telinga si tuan. "Heh tidakkah ada selain si manado ?"

Dan tuan pun terdiam... sungguh tragis dijajah.

Lalu protes itu pelan pelan terbangun, masa berkumpul. Si kuning, sang handuk besar dan lebar dengan kulit kuning bangsat rela menjadi provokator membangkitkan semangat protes pada kaum yang tertindas, tuan, manado, dan kolor. Apa daya, si raksasa terlalu kuat, ego superiornya terlalu besar, mendominasi, dan tidak kenal kalah. "Sudah lah sudah sifat kalian yang seperti itu... tidak perlulah protes atau dirubah" kata si raksasa

Dan kini mereka pun tetap seperti itu. Dengan bangga menjadi dirinya

No comments:

Post a Comment