19 September 2014.
Jumat sore ini tak seperti biasanya, kali ini aku sangat
tidak bersemangat menyambut akhir pekan. Entah apa karena aku sadar sudah membuat
sebuah kesalahan. Kesalahan yang mungkin tidak seharusnya aku lakukan. Betapa
beraninya aku menghakimi gadis itu. Gadis cuek yang sudah menyita kegelisahan,
rasa penasaran aku beberapa bulan terakhir ini.
Aku bertanya pada diriku sendiri, dorongan apa sih yang
membuatku menyudutkannya dengan ungkapan rasa yang tak seharusnya aku
sampaikan?
Kenapa harus bilang “kamu
tuh cuek bangat si ?” kenapa harus bilang “kamu tuh sudah membuat aku
gundah ?” dan kenapa harus bilang “kamu tuh bikin aku penasaran ?” ah
bodoh.. aku tidak kuat menahan rasa gregetan aku…
Dan kenapa dia harus tau kalau aku memiliki mimpi dengan-nya,
kenapa dia harus tau kalau angan-angan hidup diluar, berjalan dihamparan tulip
di Belanda, menemani keseharianku kuliah disana. Kenapa dia harus tau kalau dalam mimpiku dia
adalah orang yang tertawa dan tersenyum bahagia saat bersama ku. Kenapa dia
harus tau kalau setiap detik hidupku aku mengucap syukur kepadaNya karena
memiliki mu di dunia ini…
Namun respon yang aku dapat sungguh membuka hatiku.
Meyakinkan aku untuk melangkah lanjut meninggalkan angan yang sudah mulai
berkecamuk ini.
Sungguh aku minta maaf sudah mengarahkanmu pada dua pilihan.
Pilihan untuk memperjuangkan orang yang kamu sayang dan cintai ke hadapan ke
dua orang tuamu atau pilihan untuk melupakannya dan mengambil lembaran baru
dalam hidupmu agar kamu lebih terbuka pada siapa saja yang akan memenangkan
hatimu.
Aku minta maaf karena sudah menghakimu . Aku tidak tahu
kalau kamu sungguh bahagia dengan keadaan dan perasaanmu saat ini.
Aku minta maaf. Aku frontal. Dan maaf mu aku terima.
No comments:
Post a Comment